Mungkin, Kereta kita Tiba Besok.

Mahesworo L. Wicaksono
3 min readDec 1, 2020

--

Menciptakan mimpi adalah langkah awal menciptakan masa depan. Meskipun bagi mereka yang sedang dalam fase ke dua puluh tahunan, masa depan terlihat sebagai sesuatu yang absurd.

Mungkin, menggapai cita bisa dibilang tak semudah cinta untuk diraih. Cita lebih rapuh dibanding emosional nya Cinta, lebih abstrak dibanding puisi cinta, dan lebih rumit dibanding jawaban si dia.

Lalu lantas kapan kita menggapainya?

Dan tepat hariini, saya menyempatkan berbincang bersama kawan perihal 24 sks dan magang disemester depan menandakan tak lama lagi kita terjun ke dunia yang banal. lalu apa yang membuat kami khawatir dibanding hari besok yang mungkin belum terlihat arahnya. dan anehnya kami jarang mengangkat topik macam ini di sela-sela obrolan kami. semesta nampaknya. kami bangga bahwa kita bisa melewati hal-hal sulit yang pernah terjadi di hidup kita. dimas dengan memori pahitnya, mengungkapkan semuanya. begitu juga saya, dengan cerita remeh dan solusi cope up disaat sulit.

karena saya sadar sebaik baiknya memberi solusi dan penanganan atas cerita orang. kita sebenarnya sedang berbicara pada diri sendiri. saya bukan ahli, maka tak bisa memberitahu cara memperbaiki diri, atau menjanjikan hari esok akan baik. yang bisa saya janjikan adalah keberadaan saya, dalam mendengarkan. Kami bangga lewati itu semua.

Kapan bisa bantu finansial orang tua?

Kapan bisa beli barang sendiri?

Kapan saya Mapan?

Katanya, perihal kedewasaan manusia tidak bisa diukur dari angka, namun isi kepala. “Benar” jawab saya. rasanya seperti kemarin kita masih duduk manis di sekolah dasar, bermain galasin, pura pura sakit di uks, timpuk penghapus dan hal-hal konyol lainnya.

Tak ingin sekolah, ku Minder selalu.

Telapak kaki robek, ku takut darah sendiri.

Mendapat Ranking, rasanya seperti menjadi pintar sendiri.

Kepala dijahit, seperti dijamah batu.

Digampar satpam, ku menyesal pernah mengejeknya.

Mengikuti Futsal, kecewa tak pernah dipilih.

Tangan Patah, aku pura-pura kuat.

Wisuda dengan supporter, aku malu.

Waktu itu belum tahu apa itu masa depan.

Tidak bisa dipungkiri, pencapaian orang lain terkadang menjadi tekanan bagi diri sendiri. Padahal, tidak menjadi masalah jika resolusi tahun lalu kembali menjadi resolusi tahun ini. banyak yang sudah lebih mewah dibanding saya. tetapi, saya selalu consume:

"Jika nanti orang lain lebih dulu berhasil dibanding saya, Jangan pernah iri terhadap pencapaian nya dibidang apapun itu" saya selalu memegang kalimat itu.

Ibarat kereta, kita hidup. dengan tujuan dan stasiun kemana kalian ingin pergi. Jarak tuju menjadikan alasan mengapa harga tiket lebih mahal. dan harga tiket saya ibaratkan sebagai supplies kita. jika kalian ingin keretanya sampai tujuan yg lebih jauh maka kalian harus mengisi nya lebih banyak. dan jika kereta kita tidak sampai tepat waktu jangan pernah sedih sekalipun itu, karena perjalanan yg kita susuri akan banyak kejutan dan kalian harus siap untuk itu.

Karena kita hidup selalu pada dimensi dan kecepatan nya masing-masing. Saya dengan mimpi besarnya S2 di Australia, Dimas dengan impian nya yang sederhana, Raja dengan ambisi untuk bekerja halal, Kelvin dengan mengajar siswa dasar. dan perihal hidup itu nihilis menurut saya. kita yang beri makna perjalanan itu sendiri, kita tak pernah tahu akan jadi apa didepannya dan kapan juga kita sampai pada tujuan sebenarnya.

Mungkin hariini,
Mungkin besok,
Mungkin lusa,
Dan Mungkin juga tak pernah tiba.

Salam, Mahes.

Story upon the Shadows / Cerita diatas Bayangan

11.70

Another names of “God Shiva”.

--

--

No responses yet